Refleksi Sejarah dan Pengorbanan
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Simeulue, H. Nashrullah, S.Ag., M.A., yang akrab disapa Abi Nas, mengajak para jemaah untuk merenungkan kembali perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan oleh para pahlawan bangsa. Beliau menekankan bahwa peringatan kemerdekaan Indonesia tidak hanya sekadar hari bersejarah, tetapi juga merupakan momentum untuk melanjutkan cita-cita perjuangan dengan memberikan kontribusi nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Abi Nas menjelaskan bahwa para pahlawan telah berjuang dengan mengorbankan nyawa mereka demi kemerdekaan bangsa ini. Pengorbanan tersebut hendaknya menjadi teladan bagi setiap generasi penerus untuk menghargai jasa mereka. Penghargaan terhadap jasa para pahlawan tidak hanya ditunjukkan dengan mengingat mereka pada momen peringatan tertentu, tetapi juga dengan meneruskan perjuangan mereka melalui tindakan konkret dalam kehidupan sehari-hari.
Kemerdekaan sejati, menurut Abi Nas, bukan hanya terbebas dari penjajahan fisik, tapi juga dari berbagai bentuk penjajahan yang menghambat kemajuan bangsa. Penindasan, ketidakadilan, dan penghambatan terhadap potensi individu dan masyarakat adalah bentuk-bentuk penjajahan yang harus dilawan. Melalui kontribusi positif, setiap individu dapat berperan dalam menjaga dan memajukan kemerdekaan bangsa, sehingga cita-cita para pahlawan dapat terwujud.
Dalam perspektif Islam, semangat perjuangan dan pengorbanan para pahlawan sejalan dengan nilai-nilai keikhlasan, ketulusan, dan keadilan yang diajarkan oleh agama. Oleh karena itu, Abi Nas mengajak umat Islam untuk mencontoh semangat tersebut dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam sektor pendidikan, ekonomi, sosial, maupun politik. Dengan demikian, kita tidak hanya mengenang sejarah, tapi juga menghidupkan kembali semangat perjuangan dalam upaya mencapai kemerdekaan sejati yang hakiki.
Makna Kemerdekaan dalam Islam
Dalam ajaran Islam, konsep kemerdekaan memiliki dimensi yang lebih mendalam dan kompleks dibandingkan sekadar bebas dari penjajahan fisik. Abi Nas, mengemukakan dua istilah penting: istiqlal dan al-hurriyah, yang menjelaskan esensi kemerdekaan sejati dari sudut pandang Islam.
Istiqlal, atau kebebasan fisik, adalah tuntutan dasar yang merujuk pada lepasnya suatu bangsa dari cengkeraman kekuasaan atau dominasi asing. Abi Nas mengingatkan bahwa kemerdekaan fisik ini harus dilengkapi dengan tanggung jawab yang berat, yaitu menjaga dan menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan spiritual sesuai ajaran agama. Tanpa penerapan nilai-nilai ini, kemerdekaan fisik hanya akan menjadi hampa dan tidak bermakna. Oleh karena itu, kemerdekaan fisik seperti yang telah diraih oleh bangsa Indonesia pada tahun 1945 harus turut diiringi dengan upaya memelihara kemandirian dalam berpegang teguh pada ajaran-ajaran Islam.
Sementara itu, al-hurriyah mencakup kebebasan spiritual, yang merujuk pada pembebasan jiwa dari belenggu hawa nafsu dan dosa. Kemerdekaan sejati dalam Islam adalah kebebasan untuk menjalani hidup sesuai dengan syariat dan tuntunan Allah. Ini berarti bukan kebebasan yang tanpa batas, melainkan kebebasan yang dilingkupi oleh aturan dan pedoman yang Allah tetapkan. Kebebasan yang hakiki dalam Islam adalah kebebasan yang membebaskan diri dari ketergantungan kepada hal-hal duniawi yang menjauhkan dari Allah swt, serta kemampuan untuk melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Dalam kehidupan sehari-hari, kedua konsep ini mengimplikasikan perlunya keseimbangan antara kemerdekaan individu dan tanggung jawab sosial serta spiritual. Seorang Muslim telah seharusnya memanfaatkan kemerdekaan yang dimiliki untuk senantiasa memperbaiki diri, keluarga, dan masyarakat dengan cara yang sesuai dengan tuntunan Islam. Dengan cara ini, kemerdekaan tidak hanya menjadi simbol kebanggaan nasional tetapi juga menjadi landasan penting dalam mencapai ridha Allah swt serta menggapai kehidupan yang lebih baik dan bermakna.
Kontribusi dalam Pembangunan Bangsa
Khutbah yang disampaikan oleh Abi Nas di Masjid Agung Tgk. Khalilullah menitikberatkan pada urgensi mengisi kemerdekaan dengan kontribusi positif bagi masyarakat. Baginya, kemerdekaan bukan sekadar kebebasan dari penjajahan, melainkan kebebasan untuk berbuat baik dan ikut serta dalam pembangunan yang membawa kemajuan bagi bangsa. Dalam konteks Islam, setiap individu dianjurkan untuk memperbaiki diri dan mengambil peran dalam kegiatan sosial serta berpartisipasi aktif dalam pembangunan bangsa.
Abi Nas menggarisbawahi bahwa menjaga persatuan dan kesatuan adalah fondasi utama dalam meraih kemajuan yang sejati. Tanpa persatuan, pembangunan akan lebih sulit terwujud. Oleh karena itu, beliau mendorong jamaah untuk berkontribusi dalam berbagai bentuk kegiatan yang bermanfaat, baik dalam skala kecil maupun besar. Hal ini mencakup tindakan kecil seperti membantu tetangga dalam urusan sehari-hari, turut serta dalam kegiatan lingkungan, hingga partisipasi aktif dalam program pembangunan pemerintah.
Penekanan pada perbaikan diri menjadi langkah awal dan fundamental dalam memberikan kontribusi positif. Kejujuran, keadilan, dan kepedulian terhadap sesama adalah nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi. Selain itu, kegiatan sosial yang melibatkan banyak orang, seperti gotong royong dan kegiatan kemanusiaan lainnya, juga perlu digalakkan. Dengan demikian, setiap individu turut serta dalam menciptakan lingkungan yang harmonis dan sejahtera.
Partisipasi aktif dalam program pembangunan pemerintah pun menjadi salah satu bentuk kontribusi yang tak kalah penting. Mengikuti kebijakan dan program yang dirancang untuk kemaslahatan umum, serta memberikan masukan konstruktif, adalah cara warga negara untuk berkontribusi dalam ranah yang lebih luas. Dukungan terhadap pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur merupakan contoh nyata kontribusi yang dapat dilakukan oleh setiap lapisan masyarakat.
Peningkatan Kualitas Diri dan Ukhuwah Islamiyah
Abi Nas juga menekankan pentingnya kemerdekaan sejati dari perspektif Islam sebagai peluang untuk introspeksi dan peningkatan kualitas diri. Beliau mengajak jemaah untuk memanfaatkan momen ini dalam memperbaiki aspek-aspek spiritual, sosial, dan profesional.
Dalam konteks spiritual, Abi Nas menyatakan bahwa kemerdekaan bukan hanya sekadar kebebasan fisik, tetapi juga kebebasan dari sifat-sifat buruk seperti kemalasan, keserakahan, dan ketamakan. Menurut beliau, setiap individu harus bertekad untuk menjalankan hidup dengan integritas dan moral yang tinggi, sebagaimana diajarkan dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW. Beliau juga menekankan pentingnya ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai sarana untuk mencapai kemerdekaan spiritual.
Di sisi sosial, Abi Nas mendorong jamaah untuk mempererat ukhuwah Islamiyah, yang berarti membangun hubungan yang harmonis dan penuh kasih sayang antara sesama Muslim. Kemerdekaan sejati menurut beliau, terpancar dari kemampuan masyarakat untuk hidup berdampingan dengan saling menghormati dan peduli. Ukhuwah Islamiyah juga berperan penting dalam membangun masyarakat yang kuat dan bersatu. Setiap individu diimbau untuk selalu siap memberikan bantuan dan dukungan kepada mereka yang membutuhkan, sehingga tercipta lingkungan yang solid dan kokoh.
Dalam aspek profesional, Abi Nas menekankan agar setiap individu senantiasa meningkatkan kemampuan dan keahlian mereka, guna menjadi pribadi yang produktif dan berkontribusi positif bagi masyarakat. Dengan demikian, kemerdekaan tidak hanya dirasakan secara individu tetapi juga membawa manfaat bagi kemajuan bersama.
Peningkatan kualitas diri dan ukhuwah Islamiyah merupakan dua kunci utama dalam meraih kemerdekaan sejati dalam perspektif Islam. Dengan komitmen terhadap dua prinsip ini, diharapkan masyarakat dapat mencapai kehidupan yang sejahtera, adil, dan harmonis dalam menggapai ridha Allah SWT.
Sumber diambil dari:
1. Kuliah lima menit (kulima) ba’da ashar yang disampaikan oleh Abi Nas di Kantor Kemenag Simeulue tgl 12-08-2024.
2. Khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Abi Nas di Masjid Agung Tgk. Khalilullah Simeulue tgl 16-08-2024.